Hubungan Kondisi Lingkungan dan Perilaku Masyarakat dengan Kejadian Filariasis di Muaro Putuih Wilayah Kerja Puskesmas Tiku Kabupaten Agam

Weni Sartiwi

Abstract

Filariasis merupakan infeksi sistemik yang disebabkan oleh cacing filarial yang hidup dalam kelenjar limfe dan darah manusia. Hal terpenting yang harus dilakukan yaitu menurunkan angka kejadian filariasis yang dipengaruhi oleh lingkungan dan perilaku. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan lingkungan dan perilaku masyarakat dengan kejadian filariasis di Muaro Putuih Wilayah Kerja Puskesmas Tiku Kabupaten Agam. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan desain penelitian cross sectional. Populasi adalah seluruh KK yang ada di Desa Muaro Putuih Wilayah Kerja Puskesmas Tiku Kabupaten Agam yang berjumlah 100 KK dengan sampel 50 KK. Pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 10 Februari s/d 2 Maret 2016. Pengumpulan data dengan kuesioner. Teknik pengolahan data yaitu editing, coding, entry, dan cleaning. Analisa univariat dan bivariat dianalisis menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian bahwa lebih dari separuh responden (54%) kondisi lingkungan beresiko, lebih dari separuh responden (54%) perilaku tidak baik, lebih dari separuh responden (58%) tidak menderita filariasis. Terdapat hubungan antara kondisi lingkungan dan kejadian filariasis (p=0,000), terdapat hubungan antara perilaku dan kejadian filariasis (p=0,017). Diharapkan dapat memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit filariasis.

References

Betlinizar. 2006. Faktor Resiko Kejadian Filariasis di Wilayah Tiku Kecamatan Tanjung Mutiara Kab. Agam. Diakses dari http://agam.ac.id pada tanggal 23 September 2015.

Departemen Kesehatan RI. 2015. Epidemiologi Filariasis. Diakses dari http:// Bitjen P2 & PL pada tanggal 26 Oktober 2015.

Depkes RI. 2015. Data Statistik Penyakit Menular. Diakses dari http://depkesri.ac.id pada tanggal 14 Oktober 2015.

Dinas Kesehatan Propinsi Sumbar. 2015. Laporan P2P. Diakses dari http://laporan p2p.ac.id pada tanggal 1 Desember 2015.

Dinas Kesehatan Propinsi Sumbar. 2014. Laporan Tahunan Penyakit Menular. Diakses dari http://dinkessumbar.ac.id pada tanggal 24 Oktober 2015.

Dinas Kesehatan Kabupaten Agam. 2015. Data Penyakit Menular Kabupaten Agam. Diakses dari http://dinkesagam.ac.id pada tanggal 13 Desember 2015.

Emi, S. (2009). Prevalence of Lymphatic Filariasis from 1999 through 2007 in Nauru, a Set of Solitary Island in the Southern Pacific. Tropical Medicine and Health vol. 37,Iss.2, 63. DOI:10.2149/tmh.2009-02

Haryadi. 2009. Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Filariasis Di Puskesmas Jatiluhur. Diakses dari http://pustakaunpad.ac.id pada tanggal 17 Maret 2016.

Juriatusti, P,Kartika, M, Djaja, made, Susanna, D. (2009). Faktor resiko kejadian filariasis di kelurahan Jati Sampurna. Makara Kesehatan. Vol 14,No 1,Juni 2010: 31 – 36.

Laporan Tahunan P2 Filariasis. 2015. Puskesmas Tiku.

Mahmud. 2010. Hubungan Perilaku Dengan Kejadian Filariasis Di Puskesmas Kediri. Diakses dari http://pustakaugm.ac.id pada tanggal 13 Maret 2016.

Munawwarah. L, Tunggul E,P. Evaluasi Program Eliminasi Filariasis dari aspek prilaku dan perubahan lingkungan. Unnes Journal of Public Health 5 (3), Juli 2016 : 195 – 204.

Ningsih, Kurnia. 2011. Gambaran Pengetahuan Dan Kondisi Lingkungan Pasien Filariasis di Puskesmas Jatinegara. Diakses dari http://komunitaskep.ac.id pada tanggal 15 Maret 2016.

Notoatmodjo. 2011. Konsep Prilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Retna. 2010. Hubungan Perilaku Dengan Kejadian Filariasis Di Desa Sukoharjo. Diakses dari http://komunitas.ac.id pada tanggal 18 Maret 2016.

Strickland, G. Thomas. 2007. Huntyer’s Tropical Medicine and Emerging Infectious Discase. W.B. Sounder Company, Pennsylvania.

Widoyono. 2005. Penyakit Tropis. Erlangga: Semarang.

Zulkomi, Akhsin. 2011. Parasitologi. Yogyakarta: Nuha Medika.

Refbacks

  • There are currently no refbacks.